Pelatihan Sound Design untuk Dokumentasi Video sebagai upaya Peningkatan Potensi Pangalengan pada Komunitas Lensa Pangalengan
Merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 BAB 1 Pasal 1 Dosen Nomor 1 tersebut, khususnya Pengabdian kepada Masyarakat (seterusnya akan ditulis Abdimas). Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ardy Aprilian Anwar, S.Pd., M.Sn. sebagai ketua, Arief Budiman, S.Sn., M.Sn sebagai anggota dosen, Angga Ilham P. Dan Muhammad Rizki sebagai anggota mahasiswa, serta M. Fauzan R.P.A. sebagai dokumentator dan Tri Wulandari sebagai notulen dari mahasiswa Prodi S1 DKV Universitas Telkom.
Penulis melakukan riset pada sebuah daerah di Kabupaten Bandung, yaitu Desa Pangalengan yang terletak di Kabupaten Bandung wilayah Selatan 40378, Jawa Barat. Pangalengan menjadi desa wisata agrikultur sejak abad 20 setelah pada satu abad sebelumnya pada abad 19 diolah oleh kolonial menjadi lahan agribisnis. Dari hasil pengumpulan data tidak langsung, Penulis melihat beberapa hal yang menjadi komoditi utama, yaitu susu, kopi, teh, beserta olahan-olahannya [1]. Hal tersebut menjadi peluang bagi masyarakat di desa Pangalengan untuk mengembangan daerahnya oleh beberapa sektor.
Melihat potensi tersebut, Penulis melakukan riset tentang bagaimana cara mengembangkan Produsen UKM-UKM yang berdiri di sana tanpa harus mengandalkan investor, artinya Penulis berharap mereka mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Setelah melakukan riset singkat, kami menemukan salah satu media yang praktis dan mudah yang dapat mereka ataupun secara global digunakan untuk mengkses informasi adalah media jejaring sosial di internet [2]. Akhirnya Penulis menyimpulkan bahwa salah satu media promosi yang sangat kuat adalah media sosial.
Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, Penulis tidak akan melakukan pembinaan langsung pada masyarakat atau para pelaku usaha mandiri tersebut. Penulis bersama para anggota berinisiatif untuk mencari para penggagas media sosial lokal di daerah tersebut. Setelah melakukan riset, kami menemukan sebuah komunitas yang mendalami bidang fotografi, mereka bernama Lensa Pangalengan. Setelah ditelusuri, mereka mengelola beberapa akun media sosial di Instagram, Facebook, Youtube, hingga Website. Mereka sebetulnya fokus pada hal-hal umum yang terjadi di Pangalengan dan sekitarnya. Konten-konten media sosial yang mereka unggah lebih pada informasi-informasi seperti area hijau (kebun teh) Pangalengan yang masih asri, kejadian-kejadian umum yang terjadi di Pangalengan untuk konsumsi publik seperti kemacetan, kriminal, dan lain-lain.
Dari pengamatan rinci terhadap konten-konten yang mereka unggah, Penulis menemukan sebuah masalah yang jika masalah tersebut teratasi, akan berdampak cukup besar pada pengembangan daerah Pangalengan khususnya di bidang ekonomi. Pernyataam tersebut dilihat dari anggota-anggota Lensa Pangalengan yang masih berusia muda (14 – 40 tahun), usia akun media sosial yang mereka kelola (+5 tahun), pengikut akun media sosial mereka (lebih dari 20000 orang). Dengan demikian, Penulis melihat peluang jika UKM-UKM yang ada di Pangalengan akan berkembang karena dipromosikan secara luas tak terbatas oleh Lensa Pangalengan.
Berdasarkan ringkasan fakta-fakta di atas, serta bidang keilmuan yang digeluti, Penulis melakukan riset pada konten pada media sosial yang mereka unggah, khususnya karya-karya video. Dari pengamatan yang dilakukan secara observasi non-partisional, peneliti memperoleh data berupa list video dengan kekurangan-kekurangan yang variatif. Kekurangan-kekurangan tersebut meliputi tidak adanya pencantuman hak cipta musik, ketidaktepatan penggunaan genre musik, hingga kurangnya pengetahuan dan keberadaan alat rekam suara yang mereka miliki.
Pelatihan dilakukan dengan diikuti langsung oleh masyarakat sasar, yaitu komunitas Lensa Pangalengan. Pelatihan dilakukan dengan memberikan materi secara teoritis, prinsipal, dan tutorial. Selain pemahaman, Penulis melakukan diskusi dan memberikan contoh penggunaan peralatan rekam suara secara tutorial kepada masyarakat sasar. Selain itu, penulis juga memberikan pemahaman tentang tata cara dan etika menggunakan musik yang sudah memiliki hak cipta. Dengan demikian, setidaknya mereka tidak asal membubuhkan musik pada karya video yang mereka buat, dan juga secara etika, mereka tidak akan dikenai pasal pelanggaran penggunaan karya. Setelah pelatihan, kami melakukan workshop singkat tentang pengolahan audio dengan menggunakan smatphone dan laptop.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh pakar, terdapat beberapa penjelasan mengenai unsur audio dalam sebuah video [3]. Selain itu pakar lain juga menyebutkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengolah audio untuk video [4].
Dari hasil pengumpulan data dan pendapat para pakar di bidang audio, Penulis melakukan analisis data terutama pada persoalan yang terdapat di dalamnya. Terdapat beberapa item yang dijadikan indikator permasalahan untuk dianalisis, diantaranya penggunaan unsur audio, penggunaan musik, penggunaan sound effect, kualitas audio (channel), kualitas voice, dan hasil mixing akhir.
Maka kegiatan Abdimas pertama ini diawali dengan memberikan pemahaman tentang aspek audio dalam sebuah video seperti kekuatan musik, pengenalan aplikasi atau software pengolah audio, dan pengenalan hingga tutorial penggunaan alat standar untuk merekam suara, terutama suara bicara manusia.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan yang tadinya direncanakan di sekretariat Malabar Mountain Coffee, Desa Pangalengan, akhirnya dilaksanakan secara virtual karena pemberlakuaan peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Survei, observasi, dan analisis masyarakat sasar dilaksanakan pada 15 – 30 November 2019. Persiapan materi pelatihan dan workshop dilaksanakan pada 01 Januari – 15 Februari 2020. Pelaksanaan Pelatihan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan pada 21 – 22 Mei 2020, pukul 11.00 WIB dengan durasi waktu 1 jam 30 menit, atau hingga pukul 12.30. Analisa dan Evaluasi dilaksanakan pada Juni 2020. Pelaporan dibuat pada Juni 2020.
Penulis memberikan penjelasan tentang kekuatan musik dalam mendukung unsur naratif sebuah film. Kemudian terakhir, penulis memberikan beberapa contoh aplikasi untuk smartphone dan software untuk PC yang dapat digunakan untuk mengolah audio agar mereka mendapat gambaran dan pengetahuan, serta Penulis juga memberikan beberapa link website yang berhubungan dengan penyimpanan suara-suara seperti musik terapan dan sound effetcs yang dapat diakses dan di unduh secara gratis karena tidak dicap bebas hak cipta.
Dari pelatihan-pelatihan tersebut, masyarakat sasar memiliki keterampilan-keterampilan baru, yakni mengetahui dan memahami empat unsur audio yang terdapat dalam media video. Kedua, masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peran dan kekuatan musik pada sebuah video dengan ceritanya. Kemudian yang terakhir, mereka mendapat informasi tentang aplikasi-aplikasi dan software-software yang dapat digunakan untuk mengolah audio, serta informasi website-website yang menyediakan musik terapan serta sound effects secara gratis.
Keadaan pandemi dan keterbatasan waktu menjadi hal yang kebetulan terjadi pada saat kegiatan dilaksanakan. Rencana yang dibuat sebelum kegiatan dilaksanakan, tidak terwujud dengan optimal karena aturan dan protokol kesehatan Covid-19 yang melarang diselenggarakannya kegiatan yang mengumpulkan massa. Namun demikian, penyampaian informasi secara verbal material masih dapat disampaikan secara virtual melalui aplikasi Zoom. Oleh karena itu, kesesuaian antara masalah dengan kegiatan tetap tersampaikan walaupun untuk kegiatan pelatihan langsung atau workshop-nya tidak dapat terrealisasi secara maksimal.
Setelah kegiatan pelatihan ini, dampak yang diharapkan Penulis beserta rekan-rekan adalah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan standar audio yang terdapat dalam karya atau konten video yang mereka unggah ke media sosial. Hal tersebut berangkat dari pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip audio pada sebuah video. Walaupun targetnya tak tercapai, namun tujuan dari roadmap tersebut akan dipenuhi secara bertahap. Hasil dari pemenuhan kegiatannya nanti, akan berguna untuk meningkatkan kualitas audio pada video, lalu peningkatan video akan juga berdampak pada ketertarikan konsumen konten media sosial. Setelah para pengguna internet tertarik, dampak yang diharapkan setelah konten video memiliki kualitas audio standar, yaitu meningkatnya potensi-potensi UKM dan wisata di daerah Pangalengan.