Promosi Museum Prabu Geusan Ulun Melalui Augmented Reality “Hani Nake” 
by Winnie Angeline
Museum Prabu Geusan Ulun menyimpan koleksi bersejarah dari Kerajaan Sumedang Larang. Namun, museum ini mengalami penurunan jumlah pengunjung, terutama dari kalangan muda usia 18–29 tahun. Untuk mengatasi hal tersebut, dirancanglah strategi promosi menggunakan pendekatan teknologi digital berupa Augmented Reality (AR) dalam sebuah pameran bertajuk “Hani Nake”, yang bertujuan meningkatkan brand awareness dan minat berkunjung. Target audiensnya adalah generasi
muda Indonesia yang gemar pengalaman baru dan aktif di media sosial.
Strategi Kreatif
Konsep utama dalam perancangan ini adalah menggabungkan unsur budaya sejarah dengan pendekatan digital modern. Mengusung tema “Hani Nake” dari pepatah Sunda kuno yang berarti “Ada dahulu, ada sekarang”, kampanye ini mengajak audiens merasakan pengalaman Kerajaan Sumedang melalui AR Cards, visual yang ceria, playful, dan youthful, namun tetap berakar pada budaya. Konsep visual dipenuhi elemen tradisional dengan warna-warna cerah, tipografi custom, dan ilustrasi khas Sumedang.
Strategi Media
Untuk menyampaikan pesan, terdapat strategi atau taktik yang tepat agar tujuan pesan dapat tersampaikan secara efektif kepada target audiens. Oleh sebab itu perancangan ini akan menggunakan media utama berupa pameran onsite berbasis AR bertajuk Hani Nake, disertai dengan AR Cards interaktif yang bisa di-scan di museum. Sedangkan media pendukungnya berupa media cetak (poster, flyer, spanduk, signage), media sosial (Instagram feeds, reels, carousel, story, TikTok teaser), merchandise (t-shirt, totebag, gantungan kunci, stiker, AR card collectible).
Hasil Perancangan
Logo
Konsep logo merupakan tipografi custom yang diambil dari font utama yaitu Klarinda Playful, yang diberikan dekorasi dari ragam hias kasumedangan, yaitu ragam hias Pajajaran yang merupakan bukti bahwa Sumedang Larang merupakan penerus Kerajaan Pajajaran. Tujuan perancangan logo ini adalah agar logo memiliki pembeda dan nilai keunikan tersendiri agar melekat di benak target audiens. Selain itu, penulis juga re-desain logo Museum Prabu Geusan Ulun dengan bentuk yang lebih modern. Logo tersebut terinspirasi dari salah satu koleksi di museum, yakni Kujang Wayang.
Augmented Reality (AR)
User experience pameran koleksi AR (Augmented Reality) bertajuk Hani Nake. Hani Nake sendiri diambil dari akronim bahasa Sunda Kuno oleh seorang Raja Pajajaran yang bernama Prabu Siliwangi, “Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke” yang berarti “ada dahulu ada sekarang, tak ada dahulu tak ada pula sekarang”. Pesan yang disampaikan agar kita tidak melupakan sejarah. Teknologi AR (Augmented Reality) akan diintegrasikan dengan sosial media yang menggunakan meta seperti Instagram dan Facebook. Namun, yang akan diutamakan adalah Instagram. Hal ini dikarenakan mayoritas target audiens berusia 18-29 tahun lebih sering menggunakan Instagram.
 
Terdapat 5 buah kartu AR (Augmented Reality) yang akan diletakkan pada setiap gedungnya. Augmented Reality ini berupa filter Instagram. Di mana ketika pengunjung mengarahkan smartphone pada ilustrasi objek yang berupa kartu, akan muncul gambar 2.5D pada layar smartphone pengunjung. Gambar tersebut juga dilengkapi dengan audio yang mendukung gambar. Pada bagian belakang kartu terdapat penjelasan lebih lengkap dari objek ilustrasinya.
Media Sosial Instagram dan TikTok
Pada Instagram terdapat slide carousel yang memudahkan target audiens untuk mengakses informasi yang cukup padat. Selain itu, terdapat reels dan story untuk menunjang kebutuhan pembagian informasi. Hal ini yang menjadi alasan dasar pemilihan media yang digunakan. Selain itu, untuk menambahkan engagement dengan target audiens, dilakukan pula interaksi tag and share, di mana target audiens dapat mengunggah hasil keseruan di museum dengan menggunakan hashtag acara #haninake2023.
Poster Pameran
Poster pameran menjelaskan tentang pameran Hani Nake yang akan diselenggarakan di media ukuran A3. Poster ini memiliki gambaran visual untuk menggambarkan karakter pameran yang bright, vibrant, dan fun. Layout juga diperhatikan agar readibility jelas sehingga pesan tersampaikan dengan baik ke target audiens.
 
Flyer
Rancangan flyer ini memberikan informasi mengenai pameran yang akan diselenggarakan. Flyer tersebut dibagikan di kampus sekitar Sumedang dan Bandung serta Alun-alun Sumedang sebulan sebelum sebelum pameran diselenggarakan. Hal ini dilakukan untuk menjangkau target audiens yang lebih luas.
 
Spanduk
Spanduk dirancang untuk memberitahukan bahwa ada sebuah pameran yang akan segera dilaksanakan, pihak museum membuat berbagai spanduk promosi untuk mengajak target audiens menghadiri pameran dan memberikan sepintas informasi tentang koleksi museum melalui pendekatan yang casual dengan copywriting yang menarik.
 
Signage
Signage dirancang untuk menunjukkan alur mobilitas ke museum, seperti penunjuk jalan untuk menuju lokasi pameran museum, entrance, dan exit.
Credit:
 
Winnie Angeline – Perancang Konsep, Desainer Utama, Illustrator, dan Penulis
Lala Angelina – Artbook Layouting
Eduard Bagas – Vectorized Border
Shania Sari & Devany – Maket
Nauval Al Fariz – Video Editor
Daniel Jeshan – Mockup Kaos & Totebag

Sonson Nurusholih, S.Sn., M.Sn. – Dosen Pembimbing 1
Aisyi Syafikarani, S.T., M.Ds. – Dosen Pembimbing 2
Selengkapnya dapat diakses di:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *